Perilaku
Yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan
lingkungannya, baik yang diamati secara langsung atau pun yang diamati secara
tidak langsung. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme yang bersangkutan ( Thoha, 1979). Perilaku
manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan
dan sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku
Hal-hal yang
mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri
yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya
atau disebut dengan faktor eksternal yaitu factor lingkungan (
Notoatmodjo, 1997 ).
Perubahan
perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Perubahan
alamiah (natural change), à perubahan yang
dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi
dimana dia hidup dan beraktifitas.
2. Perubahan terencana (planned change), à
perubahan ini terjadi, karena memang
direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Perubahan
dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), à
perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program
baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan
perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai
kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Ada
empat alasan pokok menyebabkan seseorang berperilaku
Ada
empat alasan pokok menyebabkan seseorang berperilaku
1. Pemikiran
dan perasaan
Bentuk
pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.
2. Orang
penting sebagai referensi
Apabila
seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cenderung
untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti :
guru/dosen, kepala suku dan lain-lain.
3. Sumber-sumber
daya
Yang
termasuk dalam sumber daya adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang,
tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat positif maupun negatif.
4. Kebudayaan
Perilaku
normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku
yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan
mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.
Domain Perilaku
Benyamin
Bloom (1908) membagi perilaku manusia kedalam 3 domain, ranah atau
wilayah, yakni
1. Kognitif (cognitive),
2. Afektif (affective),
dan
3. Psikomotor (psychomotor) .
Dalam perkembangannya,
dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku yakni:
1. Pengetahuan,
2. Sikap,
dan
3. Tindakan
atau praktik
Pengetahuan
(knowledge)
adalah
hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indra yang dimilikinya.
Secara
garis besar ada 6 tingkat pengetahuan yakni : tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), evaluasi (evaluation).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
1) Pengalaman,
à
pengalaman sendiri / orang lain.
2) Tingkat
pendidikan.
3) Keyakinan,
à
sifatnya bisa positif maupun negative. Keyakinan ini biasanya didapat secara
turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
Sikap
adalah
respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap mempunyai tingkat
berdasarkan intensitasnya yakni: menerima (receiving), menanggapi (responding),
menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap
a) Pengaruh
orang lain yang dianggap penting
b) Pengaruh
kebudayaan
c) Media
masa
Tindakan
atau praktik
Tindakan
ini dibedakan menjadi 4 tingkatan menurut kualitasnya yakni
a) Persepsi,
merupakan praktek pada tingkat pertama. Pada tingkat ini, individu mampu
mengenal dan memilih berbagai obyek terkait dengan tindakan yang akan diambil.
b) Respon
terpimpin, indicator pada tingkat ini adalah individu mampu
melakukan sesuatu dengan urutan yang benar.
c) Mekanisme,
pada tingkat ini individu sudah menjadikan suatu tindakan yang benar menjadi suatu
kebiasaan.
d) Adopsi,
individu sudah mampu memodifikasi suatu tindakan tanpa mengurangi nilai
kebenaran dari tindakan tersebut.
Teori-Teori Perilaku dalam Psikologi Kesehatan
1. Teori
Asosiasi (Stimulus-respon) dari Edward Lee Thorndike
2. Teori
Empirisme
3. Teori
Nativisme
4. Teori
Konvergensi/Rasionalisme
5. Teori
Fungsi
6. Dissonance
Theory
Teori
Asosiasi (Stimulus-respon) dari Edward Lee Thorndike
Teori
asosiasi ini disebut dengan teori stimulus-respon.
Menurut
Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan.
Pemikiran
Thorndike tentang proses belajar dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
1. Pemikiran sebelum tahun 1930
Pada
masa ini dihasilkan hukum-hukum belajar yaitu
a) Hukum efek (Law of effect)
à
Jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan
Stimulus–Respons akan semakin kuat dan sebaliknya.
b) Hukum kesiapan (Law of readiness)àKesiapan
mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan
satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan
kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu.
c) Hukum Latihan (Law of exercise)à
Hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika
sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih
2. Pemikiran
setelah tahun 1930
a) Hukum
respons berganda à proses trial and eror à
Ketika respons yang pertama gagal dilakukan maka akan mencoba respons yang lain
sampai menemukan respons yang bisa memecahkan masalah tersebut.
b) Set
atau Sikap à
Belajar adalah proses terbentuknya antara stimulus dan respons dan dipengaruhi
oleh keadaan dalam diri individu yaitu kognitif, warisan kultural atau genetik
atau keadaan temporer seperti depriviaisi, keletihan dan kondisi emosional.
c) Prapotensi
Elemen à
Setiap individu melakukan proses belajar akan merespons selektif terhadap
aspek-aspek lingkungan. Cara merespons terhadap stimuli akan bergantung pada
apa yang diperhatikan dan respons apa yang diberikan untuk sesuatu yang
diperhatikan itu.
d) Respons
dengan Analogi àindividu merespons pada situasi baru
yang belum pernah dialami sebelumnya dengan cara merespons situasi yang lama
yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang
pernah dialami kedalam situasi baru
e) Pergeseran
Asosiatif à
Pergeseran asosiasi terjadi akibat pergeseran dari stimulus
ke stimulus yan lain yang menyebabkan munculanya
suatu respons yang sama terhadap stimulus yang baru
Teori
Empirisme
Tokoh dari teori ini adalah John Lock dari Inggris dan
Francis Balcon yang dikenal juga dengan istilah“Tabula Rasa”. Teori ini
menyatakan bahwa lingkungan adalah factor yang sangat menentukan
perilaku manusia.
Teori
Nativisme
Tokoh
dari teori ini adalah JJ Rousseau yang menyatakan bahwa perilaku manusia sangat
dipengaruhi oleh factor pembawaan/herediter. Lingkungan tidak memiliki peran
sama sekali dalam menentukan perilaku
manusia, karena setiap individu telah membawa bakat sejak lahir, dan factor
bawaan itulah yang mewarnai kehidupannya.
Teori
Konvergensi/Rasionalisme
Teori
ini menggabungkan antara teori nativisme dan empirisme, dimana perilaku
individu dapat dipengaruhi oleh factor bawaan maupun factor lingkungan sesuai
dengan tingkat kematangan dari tugas perkembangan masing-masing individu.
Teori
Fungsi
Perubahan
perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Perilaku itu memiliki fungsi
instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap
kebutuhan. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya,
dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi diri dari ancaman ancaman yang datang dari luar.
Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
Dissonance
Theory
Teori
ini menyatakan bahwa Cossonance (Keseimbangan psikologis) akan terjadi setelah
melalui Cognitive Dissonance (Ketidakseimbangan psikologis). Dissonance dapat
terjadi karena adanya dua elemen cognisi yang bertentangan, misalnya:
pengetahuan, pendapat, keyakinan
Model
Perilaku dalam Psikologi Kesehatan
Kasl
dan Cobb (1966) membuat perbedaan diantara 3 tipe yang berbeda dari perilaku
kesehatan, yaitu:
1. Perilaku
kesehatan: suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang
meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam
tahap asimptomatik
2. Perilaku
sakit: aktivitas apapun yang dilakukan individu yang
merasa sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan
pengobatan mandiri yang tepat.
3. Perilaku peran sakit: Aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan
kesejahteraan, oleh individu yang mempertimbangkan dirinya
sendiri sakit. Perilaku ini dipilih berkaitan dengan derajat penyimpangan individu
terhadap tugas kesehariannya
Dari ketiga model perilaku tersebut
kemudian dikembangkan secara
rinci menjadi 3 model, yaitu:
1. Model
Keyakinan Kesehatan
2. Model
Lokus Kontrol
3. Model
Teori Konflik
Model
Keyakinan Kesehatan
Model
ini dikembangkan oleh 4 ahli psikologi, yaitu Hochbaum, Kegeles, Leventhal, dan
Rosenstock untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif individual. Model ini
selanjutnya diubah oleh Becker dan
Maiman untuk memasukkan perilaku peran sakit dan mematuhi program medical.
Beberapa factor yang terkait dengan model ini adalah:
1. Kerentanan: Keyakinan individu tentang kemungkinan
dirinya menderita sakit
2. Keparahan:
Derajat dimana individu merasakan akibat dari keparahan penyakitnya.
3. Keuntungan:
ini merujuk pada potensial ditingkatkan dari program tindakan tertentu yang
akan mengurangi ancaman kesehatan.
4. Hambatan:
Adanya keputusan untuk bertindak akan mempunyai sejumlah akibat tertentu. Di sini
mungkin akan ada derajat distress fisik, psikologis atau financial yang
berhubungan dengan bentuk tindakan apapun.
5. Petunjuk
tindakan: Petunjuk adalah stimuli yang menjadi trigger perilaku kesehatan yang
tepat. Petunjuk ini dapat muncul secara internal (persepsi status jasmani)
maupun eksternal (stimuli dari lingkungan, misalnya media massa)
6. Berbagai
factor: Hal ini mencakup factor demografis, etnik, social, dan personalitas
yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
Model
Lokus Kontrol
Rotter
(1954) menyatakan bahwa perilaku adalah suatu fungsi keyakinan individu dimana
perilaku akan menimbulkan penguatan (harapan) dan seberapa banyak itu disukai.
Faktor yang paling penting dalam menentukan harapan yang digeneralisasi adalah
lokus control.
Untuk
mengukur harapan Rotter menganjurkan menggunakan tes sebagai skala I-E, seperti contoh berikut:
1. a.
Banyak individu dapat digambarkan sebagai korban takdir
b.
Apa yang terjadi pada individu lain adalah benar-benar perbuatan mereka
sendiri.
2. a.
Kebanyakan dari segala sesuatu yang terjadi pada saya adalah keberuntungan.
b.
Saya dalam control sepenuhnya terhadap nasib saya
Pembacaan terhadap skala tersebut adalah:
1. Bila yang dipilih adalah “a” maka individu itu memiliki
lokus control eksternal.
2. Bila
yang dipilih “b” maka individu itu memiliki lokus control internal.
3. Individu
yang memiliki lokus control internal akan lebih mungkin melakukan sesuatu
berdasarkan pertimbangan pribadinya. Akan tetapi, bila individu itu memiliki
lokus control eksternal akan lebih mungkin melakukan sesuatu berdasarkan
pertimbangan orang lain.
Model
Teori Konflik
Model
pembuatan keputusan personal yang berupaya untuk menguraikan kondisi dimana
individu akan memberikan prioritas untuk menghindari ketidaknyamanan subyektif
dengan korban membahayakan kehidupan mereka dan dalam kondisi apa mereka akan
membuat keputusan yang lebih rasional.
Dalam menghadapi konflik yang seperti ini, terdapat 5
pola koping dari pembuat keputusan, yaitu
1. Ketekunan
tanpa konflik:
Informasi
tentang resiko diabaikan, dan individu akan melanjutkan untuk berperilaku dalam
rangka memuaskan diri sendiri.
2. Perubahan
tanpa konflik:
Adopsi
terhadap program apapun tentang tindakan yang telah dianjurkan, tanpa
pertanyaan.
3. Penghindaran
defensive:
Isu
dihindari dengan menangguhkan segala sesuatu, memindahkan tanggung jawab pada
orang lain atau secara selektif memberikan informasi singkat yang ingin
didengar seseorang.
4. Kewaspadaan
yang berlebihan:
Berkenaan
dengan perasaan tentang ancaman, individu ini melompat pada solusi pertama yang
tampak memberikan jawaban, tanpa mempertimbangkan tindakan lain.
5. Kewaspadaan:
Individu
cermat mempertimbangkan alternative dalam cara yang tidak bias sebelum membuat
keputusan.
KONSEP DASAR PSIKOLOGI KESEHATAN
MODEL PERILAKU DALAM PSIKOLOGI KESEHATAN
KONSEP PERKEMBANGAN MANUSIA
KONSEP BELAJAR
No comments:
Post a Comment