Tuesday, September 24, 2019

MODEL PERILAKU DALAM PSIKOLOGI KESEHATAN



Perilaku Yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya, baik yang diamati secara langsung atau pun yang diamati secara tidak langsung. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme yang bersangkutan ( Thoha, 1979). Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu factor lingkungan ( Notoatmodjo, 1997 ).
Perubahan perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1.  Perubahan alamiah (natural change), à perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
2.  Perubahan terencana (planned change), à perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), à perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

Ada empat alasan pokok menyebabkan seseorang berperilaku
Ada empat alasan pokok menyebabkan seseorang berperilaku


1.     Pemikiran dan perasaan
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.
2.     Orang penting sebagai referensi
Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru/dosen, kepala suku dan lain-lain.
3.     Sumber-sumber daya
Yang termasuk dalam sumber daya adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.
4.     Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.



Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia kedalam 3 domain, ranah atau wilayah, yakni
1.     Kognitif (cognitive), 
2.     Afektif (affective), dan
3.     Psikomotor (psychomotor) .
Dalam perkembangannya, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku yakni:
1.     Pengetahuan,
2.     Sikap, dan
3.     Tindakan atau praktik

Pengetahuan (knowledge)
adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya.
Secara garis besar ada 6 tingkat pengetahuan yakni : tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
1)    Pengalaman, à pengalaman sendiri / orang lain.
2)    Tingkat pendidikan.
3)    Keyakinan, à sifatnya bisa positif maupun negative. Keyakinan ini biasanya didapat secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
Sikap
adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap mempunyai tingkat berdasarkan intensitasnya yakni: menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
a)     Pengaruh orang lain yang dianggap penting
b)    Pengaruh kebudayaan
c)     Media masa
Tindakan atau praktik
Tindakan ini dibedakan menjadi 4 tingkatan menurut kualitasnya yakni
a) Persepsi, merupakan praktek pada tingkat pertama. Pada tingkat ini, individu mampu mengenal dan memilih berbagai obyek terkait dengan tindakan yang akan diambil.
b) Respon terpimpin, indicator pada tingkat ini adalah individu mampu melakukan sesuatu dengan urutan yang benar.
c) Mekanisme, pada tingkat ini individu sudah menjadikan suatu tindakan yang benar menjadi suatu kebiasaan.
d)  Adopsi, individu sudah mampu memodifikasi suatu tindakan tanpa mengurangi nilai kebenaran dari tindakan tersebut.
Teori-Teori Perilaku dalam Psikologi Kesehatan
1.     Teori Asosiasi (Stimulus-respon) dari Edward Lee Thorndike
2.     Teori Empirisme
3.     Teori Nativisme
4.     Teori Konvergensi/Rasionalisme
5.     Teori Fungsi
6.     Dissonance Theory

Teori Asosiasi (Stimulus-respon) dari Edward Lee Thorndike
Teori asosiasi ini disebut dengan teori stimulus-respon.
Menurut Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
Pemikiran Thorndike tentang proses belajar  dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1.     Pemikiran sebelum tahun 1930
Pada masa ini dihasilkan hukum-hukum belajar yaitu
a)   Hukum efek (Law of effect) à Jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus–Respons akan semakin kuat dan sebaliknya.
b) Hukum kesiapan (Law of readiness)àKesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
c)  Hukum Latihan (Law of exercise)à Hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih
2.     Pemikiran setelah tahun 1930
a)  Hukum respons berganda à proses trial and eror à Ketika respons yang pertama gagal dilakukan maka akan mencoba respons yang lain sampai menemukan respons yang bisa memecahkan masalah tersebut.
b)  Set atau Sikap à Belajar adalah proses terbentuknya antara stimulus dan respons dan dipengaruhi oleh keadaan dalam diri individu yaitu kognitif, warisan kultural atau genetik atau keadaan temporer seperti depriviaisi, keletihan dan kondisi emosional.
c) Prapotensi Elemen à Setiap individu melakukan proses belajar akan merespons selektif terhadap aspek-aspek lingkungan. Cara merespons terhadap stimuli akan bergantung pada apa yang diperhatikan dan respons apa yang diberikan untuk sesuatu yang diperhatikan itu.
d) Respons dengan Analogi àindividu merespons pada situasi baru yang belum pernah dialami sebelumnya dengan cara merespons situasi yang lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang pernah dialami kedalam situasi baru
e)  Pergeseran Asosiatif à Pergeseran asosiasi terjadi akibat pergeseran dari stimulus ke stimulus yan lain yang menyebabkan   munculanya suatu respons yang sama terhadap stimulus yang baru
Teori Empirisme
Tokoh dari teori ini adalah John Lock dari Inggris dan Francis Balcon yang dikenal juga dengan istilah“Tabula Rasa”. Teori ini menyatakan bahwa lingkungan adalah factor yang sangat menentukan perilaku manusia.
Teori Nativisme
Tokoh dari teori ini adalah JJ Rousseau yang menyatakan bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh factor pembawaan/herediter. Lingkungan tidak memiliki peran sama sekali dalam menentukan perilaku manusia, karena setiap individu telah membawa bakat sejak lahir, dan factor bawaan itulah yang mewarnai kehidupannya.
Teori Konvergensi/Rasionalisme
Teori ini menggabungkan antara teori nativisme dan empirisme, dimana perilaku individu dapat dipengaruhi oleh factor bawaan maupun factor lingkungan sesuai dengan tingkat kematangan dari tugas perkembangan masing-masing individu.
Teori Fungsi
Perubahan perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi diri dari  ancaman ancaman yang datang dari luar. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
Dissonance Theory
Teori ini menyatakan bahwa Cossonance (Keseimbangan psikologis) akan terjadi setelah melalui Cognitive Dissonance (Ketidakseimbangan psikologis). Dissonance dapat terjadi karena adanya dua elemen cognisi yang bertentangan, misalnya: pengetahuan, pendapat, keyakinan
Model Perilaku dalam Psikologi Kesehatan
Kasl dan Cobb (1966) membuat perbedaan diantara 3 tipe yang berbeda dari perilaku kesehatan, yaitu:
1.  Perilaku kesehatan: suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap asimptomatik
2.  Perilaku sakit: aktivitas apapun yang dilakukan individu yang merasa sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.
3.  Perilaku peran sakit: Aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan kesejahteraan, oleh individu yang mempertimbangkan dirinya sendiri sakit. Perilaku ini dipilih berkaitan dengan derajat penyimpangan individu terhadap tugas kesehariannya
Dari ketiga model perilaku tersebut kemudian dikembangkan secara rinci menjadi 3 model, yaitu:
1.     Model Keyakinan Kesehatan
2.     Model Lokus Kontrol
3.     Model Teori Konflik
Model Keyakinan Kesehatan
Model ini dikembangkan oleh 4 ahli psikologi, yaitu Hochbaum, Kegeles, Leventhal, dan Rosenstock untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif individual. Model ini selanjutnya diubah oleh Becker dan Maiman untuk memasukkan perilaku peran sakit dan mematuhi program medical. Beberapa factor yang terkait dengan model ini adalah:
1.     Kerentanan: Keyakinan individu tentang kemungkinan dirinya menderita sakit
2. Keparahan: Derajat dimana individu merasakan akibat dari keparahan penyakitnya.
3.  Keuntungan: ini merujuk pada potensial ditingkatkan dari program tindakan tertentu yang akan mengurangi ancaman kesehatan.
4.     Hambatan: Adanya keputusan untuk bertindak akan mempunyai sejumlah akibat tertentu. Di sini mungkin akan ada derajat distress fisik, psikologis atau financial yang berhubungan dengan bentuk tindakan apapun.
5. Petunjuk tindakan: Petunjuk adalah stimuli yang menjadi trigger perilaku kesehatan yang tepat. Petunjuk ini dapat muncul secara internal (persepsi status jasmani) maupun eksternal (stimuli dari lingkungan, misalnya media massa)
6. Berbagai factor: Hal ini mencakup factor demografis, etnik, social, dan personalitas yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
Model Lokus Kontrol
Rotter (1954) menyatakan bahwa perilaku adalah suatu fungsi keyakinan individu dimana perilaku akan menimbulkan penguatan (harapan) dan seberapa banyak itu disukai. Faktor yang paling penting dalam menentukan harapan yang digeneralisasi adalah lokus control.
Untuk mengukur harapan Rotter menganjurkan menggunakan tes sebagai skala I-E, seperti contoh  berikut:
1.     a. Banyak individu dapat digambarkan sebagai korban takdir
b. Apa yang terjadi pada individu lain adalah benar-benar perbuatan mereka sendiri.
2. a. Kebanyakan dari segala sesuatu yang terjadi pada saya adalah    keberuntungan.
b. Saya dalam control sepenuhnya terhadap nasib saya
Pembacaan terhadap skala tersebut adalah:
1.     Bila yang dipilih adalah “a” maka individu itu memiliki lokus control eksternal.
2.     Bila yang dipilih “b” maka individu itu memiliki lokus control internal.
3.     Individu yang memiliki lokus control internal akan lebih mungkin melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan pribadinya. Akan tetapi, bila individu itu memiliki lokus control eksternal akan lebih mungkin melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan orang lain.
Model Teori Konflik
Model pembuatan keputusan personal yang berupaya untuk menguraikan kondisi dimana individu akan memberikan prioritas untuk menghindari ketidaknyamanan subyektif dengan korban membahayakan kehidupan mereka dan dalam kondisi apa mereka akan membuat keputusan yang lebih rasional.
Dalam menghadapi konflik yang seperti ini, terdapat 5 pola koping dari pembuat keputusan, yaitu
1.     Ketekunan tanpa konflik:
Informasi tentang resiko diabaikan, dan individu akan melanjutkan untuk berperilaku dalam rangka memuaskan diri sendiri.
2.     Perubahan tanpa konflik:
Adopsi terhadap program apapun tentang tindakan yang telah dianjurkan, tanpa pertanyaan.
3.     Penghindaran defensive:
Isu dihindari dengan menangguhkan segala sesuatu, memindahkan tanggung jawab pada orang lain atau secara selektif memberikan informasi singkat yang ingin didengar seseorang.
4.     Kewaspadaan yang berlebihan:
Berkenaan dengan perasaan tentang ancaman, individu ini melompat pada solusi pertama yang tampak memberikan jawaban, tanpa mempertimbangkan tindakan lain.
5.     Kewaspadaan:
Individu cermat mempertimbangkan alternative dalam cara yang tidak bias sebelum membuat keputusan.

KONSEP DASAR PSIKOLOGI KESEHATAN

MODEL PERILAKU DALAM PSIKOLOGI KESEHATAN

KONSEP PERKEMBANGAN MANUSIA

KONSEP BELAJAR

No comments:

Post a Comment